Senin, 20 Juli 2009

BIOSEL

LINGKUNGAN EKSTRA SEL

A. FAKTOR-FAKTOR YANG EKSTRIM
a. Water activity (air tersedia, air untuk aktivitas)
Water activity artinya air yang tersedia atau air yang dapt di manfaatkan untuk keperluan hidup, yang meliputi air untuk metabolisme, air untuk pertumbuhan dan air untuk kepentingan reproduksi.
Dua factor yang mempengaruhi yaitu derajat air yang dapat diserap oleh permukaan sel dan derajat air ysang dapat keluar dari sel. Dua factor ini harus diatur sedemikian rupa sehingga keseimbangan air didalam sel agar tetap terjaga, bila water activity terganggu maka kjehidupan sel akan terganggu pula.
Dua jenis lingkungan water activity rendah, yaitu pertama lingkungan kering, dimana jumlah air sangat sedikit. Air hanya terikat pada partikel tanah /bantuan, atau hanya terikat pada permukaan. Kedua lingkungan garam, air yang mengandung garam, jadi water activty juga rendah, artinya air untyuk keperluan untuk hidup sedikit.
b. Salinitas
Bila kadar garam naik, berati air yang tersedia menjadi berkurang. Pengruhnya terhadap kehidupan umumnya dilihat sebagai penomena yang berkenaan dengan tekanan osmotik, tetapi hal ini sebenarnya lebih cocok kalau dilihat sebgai funbgsi dari water activity.
c. pH
pH berpengaruh terhadap struktur aktivitas enzim. Perubahan ini sebesar apapun dilingkungan dapt berpengaruh tidak baik terhadap ,metabolisme. Berbagai organisme dapat hidup diberbagai tempat dengan batas pH terendah yang juga berbeda. Jenis-jenis fungi, bakteri dan alga tertentu dapat toleran terhadap pH ekstrim rendah, sedangkan tumbuhan vaskuler pH rendah yang dapat ditolelir adalah pH 3, dan ikan dapat hidup di air pada kisaran pH 4.
Karena ada hubungan yang erat antara pH dan struktur protein, maka oprganisme yang hidup dilingkungan asam harus memiliki satu diantara dua perlengkapan hidup berikut ini untuk menajdikan dirinya survive atau lestari. Pertama, organisme itu harus mempunyai enzim yang dapat bekerja pada lingkungan sam tersebut. Kedua, organisme itu harus memiliki kemampuan untuk memilihara lingkungan internal sel tanpa dipengaruhi oleh kondisi lingkungan ekstrasel.
d. Tekanan hidrostatik
Ini akan dialami oleh organisme yang hidup diair. Tiap kedalaman 10 m, tekanan akan meningkat satu atmosfer. Beberapaorganisme dinamakan baro tolerant, kalau organisme itu dapat tumbuh, berkembang dan bereproduksi pada lingkungan dengan tekanan hidrostatik yang tinggi tersebut
e. Temperatur
Organisme yang hidup pada temperatur tinggi memiliki enzim termostbil, yang umumnya tidak dimiliki oleh organisme lain. Umumnya organisme yang hanya dapat bertahan pada salah satu faktor ekstrim saja, dan menjadi tidak tahan lagi apbila dikenai beberapa fakto ekstrim
f. Faktor-faktor lain
Konsentrasi oksigen berpengaruh nyata terhadap aktivitas enzimn bagi organisme yang melakukan metabolisme. Beberapa organisme menjadi toleran bila ada oksigen (aerobik), dan yang lain akan mengalami kematian bila ada oksigen (anaerobatik).
Lingkungan air dalam umumnya nutrien atau makana terbatas jumlahnya, sehingga organisme yang membutuhkan diet komplek akan mengalami kesukaran untuk memenuhi kebutuhan makanan.

B. UDARA SEBAGI LINGKUNGAN EKSTRASELULER
Kerugian dan kerusakan yang ditimbulkan udara bila dilihat hanya dari sisi lingkungan, karena udara kan menyebabkan desikasi dan karena adanya radiasi.
a. Desikasi
Desikasi atau kekeringan dapat terjadi bila dehidrasi terjadi secara berlebihan. Barangkali pengaruh yang paling membahayakan dari udara terhadap sel adalah karena udara dapat menyebabkan sel kehilangan air sampai tahap dimana metabolisme berhenti. Beberapa kiat organisme untuk mengatasi adanya desikasi adalah sebagai berikut:
a. Adanya kontruksi dinding sel untuk mengurangi terjadinya evaporasi. Dinding sel yang dihasilkan oleh mycobakterium tubercululosis ini dapat dianggap sebagai struktur adaptasi yang menyebabkan ia survive dalam waktu nyang lama hingga ia dapat berpindah dari orang satu kepada orang yang lain.
b. Dormansi. Pada bakteri pase ini dilalui dengan cara membentuk endospora. Endospora dihasilkan memiliki dinding yang tbal dan komposisinya dibuat sedemikian rupa yang menyebabkan DNA dan enzim-enzim tertentu dapat dalam status dorman hingga saat tertentu.
c. Dengan membentuk kiste. Kiste yang terbentuk dinding tebal, yang melindunginya dari pengaruh yang tidak menguntungkan pada keadaan kering dalam waktu yang lama.
d. Sekresi material protektif anti desikasi

b. Radiasi
Cahaya matahari mengandung faktor sterilan berupa sinar ultra violet. Celaskanya materi sel yang peka terhadap sinar ultra violet adalah asam inti. Tergantung banyaknya sinar ultraviolet yang mendedah sel, pengaruh sinar ultraviolet dapat bersipat mutagenik atau lethal. Efek merusak dari sinar ultra violet adalah fotodimerissi basa nitrogen timin menjadi dimersiklobutan. Dengan terbentuknya dimersiklobutan, maka nasa nitrogen timin tidak lagi tersedia, sedangkan untuk replika DNA di butuhkan timin bebas. Akibatnya sudah jelas, replika DNA tidak dapat berlangsung alias terhenti. Tampilan yang dapr diamati seperti telah disebut sebelumnya yaitu mutagenik (menyebabkan mutasi) atau lethal ( menyebabkan kematian) sel.

C. LINGKUNGAN AIR
Fungsi pertama air adalah memelihara lingkungan dimana nutrien dan intermedier metabolik terlarut. Dalam bentuk ini ia berfungsi sebagai pengangkut bakteri dari luar atau lingkungan kedalam sel, dan bertindak sebgai pengangkut enzim dari satu tempat ketempat yang lain pada saat metabolik berlangsung. Kedua, sebagai donor elektron dalam reaksi oksidasi reduksi. Reaksi-reaksi hidrolisis selalu melibatkan air.
Fungsi air yang ketiga, adalah turut memlihara struktur membran sel. Molekul ampipatik yang dimiliki olah fospolipod akan berinteraksi membentuk struktur dwilapis hanya terjadi bila hanya ada air. Tanpa air tidak akan terbentuk dwilapis membran.
a. Ait tawar
Ada dua cara yang dapat ditempuh oleh organisme uniseluler agar ia sukses atau survive di air tawar. Pertama dengan membuat dinding sel yang membuatnya ia dapat mengatasi masalh tekanan osmotik didalam selnya. Bakteri dan cyanobakteria memiliki dinding sel yang dapat mempertahankan tekanan osmotik diodalam selnya sehingga tetap berada pada tekanan 20-30 atmosfer, yang membuat ia dapat survive pada air tawar seperti air danau, sungai, dan mungkin air disterilisasi di laboratorium. Organisme eukariot yang jhuga padat hidup di air tawar yaitu alga dan fungi.
Cara kedua untuk mengatasi rendahnya kadar garan dilingkungan air tawar adalah dengan sistem pompa air, suatu organel pompa air pada sel-sel protozoa.
b. Air laut dan cairan tubuh
Jalan keluar untuk mengatasi tekanan osmotik adalah dengan cara memilih atau menciptakan lingkungan yang mengandung garam dengan konsentarasi yang mendekati konsentrasi cairan selnya ada dua lingkungan yang mengandung garam pertama air laut, suatu lingkungan dengan kadar garam tinggi yang ada disekitar sel. Lingkungan yangn kedua adalah darah dan cairan tubuh.
c. Tekanan hidrostatik
Umumnya tekanan hidrostatik akan mempengaruhi pada tiga hal yaitu:
1. Inaktivasi enzim
2. Menekan kecepatan reaksi fisiologik
3. Menekan pertumbuhan atau reproduksi

D. HIDUP PADA TEMPERATUR TINGGI
1. Batas atas temperatur
2. Enzim termostabil
3. Membran termostabil
4. Asam inti termostabil

E. DAFTAR PUSTAKA
Thorpe, N. O. 1984. ell Biologi. New York : Jhon Wiley & Sons Ink

TAKSONOMI

TAKSONOMI
Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani tassein yang berarti untuk mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai klasifikasi berhirarki dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Hampir semua -- benda bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian -- dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Taksonomi dalam biologi
2 Taksonomi dalam pedologi
3 Taksonomi dalam pendidikan
4 Lihat pula

[sunting] Taksonomi dalam biologi
Lihat pula Tatanama biologi
Dalam biologi, taksonomi merupakan cabang ilmu tersendiri, yang disebut juga klasifikasi atau sistematika. Sistem yang dipakai adalah penamaan dengan dua sebutan, yang dikenal sebagai tatanama binomial atau binomial nomenclature, yang diusulkan oleh Carl von Linne (Latin: Carolus Linnaeus), seorang naturalis berkebangsaan Swedia.
Ia memperkenalkan enam hierarki (pemeringkatan) untuk mengelompokkan semua organisme hidup. Keenam hierarki (yang disebut takson) itu berturut-turut (dari tertinggi hingga terendah, istilah dalam kurung adalah usulan untuk penggunaan dalam bahasa Indonesia):
Filum (hewan), Divisio/Divisi (tumbuhan)
Kelas,
Bangsa/Ordo,
Keluarga/Familia/Famili/Suku (Suku),
Genus/Marga, dan
Spesies (Jenis).
Bagi tumbuh-tumbuhan, istilah Divisio sering dipakai untuk menggantikan Filum.
Dalam tatanama binomial, penamaan suatu jenis cukup hanya menyebutkan nama marga (selalu diawali dengan huruf besar) dan nama jenis (selalu diawali dengan huruf kecil) yang dicetak miring (dicetak tegak jika naskah utama dicetak miring) atau ditulis dengan garis bawah. Aturan ini seharusnya tidak akan membingungkan karena nama marga tidak boleh sama untuk tingkatan takson lain yang lebih tinggi.
Perkembangan pengetahuan lebih lanjut memaksa dibuatnya takson baru di antara keenam takson yang sudah ada (memakai awalan 'super-' dan 'sub-') dan juga takson di bawah tingkat jenis (infraspesies) (varietas dan forma). Dibuat pula satu takson di atas Phylum (disebut Regnum (secara harafiah berarti 'Kerajaan') untuk membedakan Prokariota (regnum Archaea dan Bacteria) dan Eukariota (regnum Mycota, Plantae atau Tumbuhan, dan Animalia Hewan).
[sunting] Taksonomi dalam pedologi
Dalam cabang ilmu tanah, pedologi, taksonomi tanah dibuat berdasarkan sejumlah variabel yang mencirikan keadaan suatu jenis tanah. Karena klasifikasi awal tidak sistematis, pada tahun 1975 tim dari 'Soil Survey Staff' dari Departemen Pertanian Amerika Serikan (USDA) menerbitkan suatu kesepakatan dalam taksonomi tanah. Sejak saat itu, setiap jenis tanah paling sedikit memiliki dua nama. Meskipun nama baru sudah diberikan, nama lama seringkali masih dipakai karena aturan dari Soil Survey Staff dianggap terlalu rinci.
[sunting] Taksonomi dalam pendidikan
Lihat pula Taksonomi Bloom
Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah.
Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956, sehingga sering pula disebut sebagai "Taksonomi Bloom".
[sunting] Lihat pula
Klasifikasi ilmiah
Taksonomi tumbuhan
Taksonomi hewan
Taksonomi tanah
Taksonomi tujuan pendidikan


Taksonomi Tumbuhan Rendah

Tatanama Tumbuhan
1. Unsur utama yang menjadi ruang lingkup Taksonomi Tumbuhan adalah pengenalan (identifikasi), pemberian nama dan penggolongan atau klasifikasi.
2. Peraturan tentang pemberian nama ilmiah perlu diciptakan agar ada kesamaan pemahaman di antara ahli-ahli Botani di seluruh dunia tentang apa yang dimaksud.
3. Nama ilmiah adalah nama-nama dalam bahasa Latin atau bahasa yang diperlakukan sebagai bahasa Latin tanpa memperhatikan dari bahasa mana asalnya.
4. Setiap individu tumbuhan termasuk dalam sejumlah taksa yang jenjang tingkatnya berurutan.
5. Tingkat jenis (species) merupakan dasar dari seluruh takson yang ada.
6. Nama-nama takson di atas tingkat suku (familia) diambil dari ciri khas yang berlaku untuk semua warga dengan akhiran yang berbeda menurut tingkatnya.
7. Nama suku (familia) merupakan satu kata sifat yang diperlakukan sebagai kata benda berbentuk jamak. Nama tersebut diambil dari nama salah satu marga yang termasuk dalam suku tadi ditambah dengan akhiran -aceae.
8. Nama marga merupakan kata benda berbentuk mufrad atau suatu kata yang diperlakukan demikian. Kata ini dapat diambil dari sumber mana pun, dan dapat disusun dalam cara sembarang.
9. Nama ilmiah untuk jenis harus bersifat ganda, artinya terdiri atas dua suku kata yang berbentuk mufrad yang diperlakukan sebagai bahasa Latin.
10. Nama takson tingkat suku ke bawah diikuti nama orang yang memberikan nama ilmiah dalam bentuk singkatan.

Klasifikasi
1. Klasifikasi tumbuhan adalah pembentukan kelompok-kelompok dari seluruh tumbuhan yang ada di bumi ini hingga dapat disusun takson-takson secara teratur mengikuti suatu hierarki.
2. Sifat-sifat yang dijadikan dasar dalam mengadakan klasifikasi berbeda-beda tergantung orang yang mengadakan klasifikasi dan tujuan yang ingin dicapai dengan pengklasifikasian itu.
3. Takson yang terdapat pada tingkat takson (kategori) yang lebih rendah mempunyai kesamaan sifat lebih banyak daripada takson yang terdapat pada tingkat takson (kategori) di atasnya.
4. Perbedaan antara istilah takson dengan kategori yaitu istilah takson yang ditekankan adalah pengertian unit atau kelompok yang mana pun, sedangkan istilah kategori yang ditekankan adalah tingkat atau kedudukan golongan dalam suatu hierarki tertentu.
5. Dalam taksonomi tumbuhan istilah yang digunakan untuk menyebutkan suatu nama takson sekaligus menunjukkan pula tingkat takson (kategori).
6. Ada tiga sistem klasifikasi dalam taksonomi tumbuhan yaitu sistem klasifikasi buatan, sistem klasifikasi alam, dan sistem klasifikasi filogenetik.
7. Berdasarkan sejarah perkembangannya ketiga sistem klasifikasi tersebut dibagi menjadi empat periode yaitu periode sistem habitus, periode sistem numerik, periode sistem alam, dan periode sistem filogenetik.
8. Sistem klasifikasi yang tinjauannya didasarkan modifikasi dari sistem yang telah ada dengan penambahan data yang baru, disebut sistem kontemporer.
9. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan berpengaruh pula terhadap perkembangan ilmu taksonomi tumbuhan.
10. Perubahan klasifikasi organisme hidup yang semula dua dunia kemudian menjadi empat dunia, atau dari empat dunia menjadi lima dunia, telah mengakibatkan sekelompok atau sebagian kelompok organisme yang semula termasuk dalam dunia tumbuhan dipindahkan ke dalam dunia (regnum) baru atau regnum yang lain.

Identifikasi
1. Identifikasi tumbuhan adalah menentukan namanya yang benar dan tempatnya yang tepat dalam sistem klasifikasi.
2. Tumbuhan yang akan diidentifikasikan mungkin belum dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan (belum ada nama ilmiahnya), atau mungkin sudah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan.
3. Penentuan nama baru dan penentuan tingkat-tingkat takson harus mengikuti aturan yang ada dalam KITT.
4. Prosedur identifikasi tumbuhan yang untuk pertama kali akan diperkenalkan ke dunia ilmiah memerlukan bekal ilmu pengetahuan yang mendalam tentang isi KITT.
5. Untuk identifikasi tumbuhan yang telah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan, memerlukan sarana antara lain bantuan orang, spesimen herbarium, buku-buku flora dan monografi, kunci identifikasi dan lembar identifikasi jenis.
6. Flora adalah suatu bentuk karya taksonomi tumbuhan yang memuat jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan dalam suatu wilayah tertentu.
7. Monografi adalah suatu bentuk karya taksonomi tumbuhan yang memuat jenis-jenis tumbuhan yang tergolong dalam kategori tertentu. baik yang terbatas pada suatu wilayah tertentu saja maupun yang terdapat di seluruh dunia.
8. Kunci identifikasi merupakan serentetan pertanyaan-pertanyaan yang jawabnya harus ditemukan pada spesimen yang akan diidentifikasi.
9. Bila semua pertanyaan berturut-turut dalam kunci identifikasi ditemukan jawabnya, berarti nama serta tempatnya dalam sistem klasifikasi tumbuhan yang akan diidentifikasi dapat diketahui.
10. Lembar Identifikasi Jenis adalah sebuah gambar suatu jenis tumbuhan yang disertai dengan nama klasifikasi jenis yang bersangkutan.

ALGAE
Taksonomi Algae
1. Linnaeus membagi Cryptogamae menjadi 4 bangsa yaitu: Filices, Musci, Algae dan Fungi.
De Jussieu membagi tumbuhan menjadi 3 golongan, Acotyledoneae, Monocotyledoneae, Dicotyledoneae.
2. Tahun 1880 diperkenalkan suatu sistem yang membagi Cryptogamae menjadi Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta.
3. Thallophyta yang terdiri dari dua anak kelas Algae dan Fungi dibedakan dari Bryophyta dan Pteridophyta berdasarkan pada struktur alat penghasil spora dan gamet serta perkembangan zigotnya.
4. Dipermasalahkan mengenai keabsahan (validitas) dari Thallophyta.
Algae dan Fungi mempunyai kesamaan ciri-ciri yang digunakan untuk memisahkan keduanya dari tumbuhan lain, atas dasar kesamaan ini dipertanyakan apakah fungi berasal dari algae? dalam kenyataan, tidak satu fungi pun berasal dari algae. Dengan demikian divisi Thallophyta tidak dapat dipertahankan, sehingga bukan merupakan divisi yang valid. Sebaiknya Algae dan Fungi ditempatkan dalam satu atau lebih divisi.
5. Ciri-ciri yang akan digunakan sebagai dasar untuk memberi definisi algae:
1. menurut Fritsch (1935): Algae harus holofitik yang gagal mencapai ciri deferensiasi Archegoniatae.
2. Smith (1955 ) mendasarkan pada struktur organ seksualnya.
6. Sampai permulaan abad 20 telah dikenal 4 kelas Algae, yaitu Chlorophyceae, Phaeophyceae, Rhodophyceae dan Myxophyceae (Cyanophyceae). Ahli Protozoologi menempatkan semua organisme bersel tunggal yang berkhlorofil, berflagella seta motil dalam kelas Mastigophora dari filum Protozoa. Para pakar botani mengeluarkan anggota-anggota tertentu dari deret (seri) Volvocin. Rabenhorst menempatkan seri Chlamydomonas-Volvox dalam ganggang hijau rumput dan diberi nama Chlorophyllaceae.
Xanthophyceae (Heterokontae) dipisahkan dari Chlorophyceae pada permulaan abad 20 dan Fagellatae tertentu yang berpigmen dimasukkan dalam kelas Xanthophyceae.
Berbagai macam kelompok yang semula oleh pakar Protozoologi dimasukkan dalam Mastigophora secara filogegenetik berhubungan dengan organisme yang bersifat algae sejati.
7. Sistem klasifikasi algae ada bermacam-macam. Seiring dengan majunya ilmu pengetahuan terutama dalam penelitian fisiologi, biokimia, dan penggunaan mikros- kop elektron, maka klasifikasi algae ke dalam divisinya, kini didasarkan pada:
1. pigmentasi,
2. hasil fotosintesis,
3. flagelasi,
4. sifat fisik dan kimia dinding sel,
5. ada atau tidak adanya inti sejati.

Atas dasar hal tersebut, Smith membagi algae menjadi; Divisi: Chlorophyta, Euglenophyta, Pyrrophyta, Chrysophyta, Phaeophyta, Rhodophyta dan Cyanophyta. Pyrrophyta, Chrysophyta,dan Euglenophyta termasuk Protista (Protista algae); Cyanophyta termasuk Monera.
8. Algae mempunyai bermacam-macam bentuk tubuh:
1. Bentuk uniseluler: bentuk uniseluler yang berflagela dan yang tidak berflagela.
2. Bentuk multiseluler:
1. a. koloni yang motil, b. koloni yang kokoid
2. Agregasi: bentuk palmeloid, dendroid, dan rizopoidal.
3. Bentuk filamentik: filamen sederhana, filamen bercabang, filamen heterotrikh, filamen pseudoparenkhimatik yang uniaksial dan multiaksial.
4. Bentuk sifon/pipa.
5. Pseudoparenkhimatik
9. Reproduksi
1. Vegetatif: fragmentasi, pembelahan sel, pembentukan hormogonia.
2. Aseksual: pembentukan mitospora, zoospora, aplanospora, hipnospora, stadium pamela.
3. Seksual: isogami, heterogami yang terdiri dari anisogami dan oogami, aplanogami, autogami.
10. Pergantian keturunan
1. Pergantian keturunan haplobiontik terdiri dari: pergantian keturunan yang haplontik dan diplontik.
2. Pergantian keturunan yang isomorfik dan heteromorfik.

Divisi: Chlorophyta, Phaeophyta, Rhodophyta, Cyanophyta
I. Divisi Chlorophyta
Ciri-ciri
1. Pigmen, khlorofil a dan b, santofil, dan karoten, khlorofil terdapat dalam jumlah yang banyak sehingga ganggang ini berwarna hijau rumput.
2. Hasil fotosintesis berupa amilum dan tersimpan dalam khloroplas.
3. Khloroplas berjumlah satu atau lebih; berbentuk mangkuk, bintang, lensa, bulat, pita, spiral dsb.
4. Sel berinti sejati, satu atau lebih.
5. Sel kembara mempunyai 2 atau 4 flagela sama panjang, bertipe whiplash.
6. Dinding sel mengandung selulose.
7. Bentuk talus/struktur vegetatif
1. uniseluler motil/berflagela: Chlamydomonas sp.
2. uniseluler nonmotil/kokoid: Chlorella sp.
3. koloni motil (sel-sel dalam koloni mempunyai flagela) Volvox sp
4. koloni nonmotil (kokoid ): Pediastrum sp., Hydrodictyon sp.
5. palmeloid: Tetraspora sp.
6. dendroid: Prasinocladus sp.
7. berbentuk filamen: bercabang: Cladophora sp.
8. tidak bercabang: Oedogonium sp., Spirogyra sp.
9. heterotrikh: Coleochaeta sp., Stigeoclonium sp.
10. berbentuk helaian/lembaran yang distromatik: Ulva sp.
11. lembaran yang monostromatik: Monostroma sp.
12. berbentuk silinder yang beruang di tengah: Enteromorpha
13. berbentuk sifon/spnositik: Caulerpa sp., Codium sp.
Perkembangbiakan
1. secara vegetatif: dengan fragmentasi talusnya
2. secara aseksual: dengan pembentukan zoospora, aplanospora, hipnospora, autospora.
3. secara seksual: isogami, Anisogami, oogami, aplanogami.
Chlorophyta dibagi menjadi 2 kelas, yaitu Chloropyceae dan Charophyceae
Menurut Smith (1955) Chlorophyceae dibagi menjadi 12 bangsa, yaitu: Volovocales, Tetrasporales, Ulothrichales, Ulvales, Schizogoniales (Prasiolales) Cladophorales, Oedogoniales, Zygnematales, Chlorococcales, Siphonales, Dasycladales dan Siphonocladales. Oleh beberapa penulis, Tetrasporales dan Volovocales sering disatukan menjadi satu bangsa, yaitu Volvocales dan Tetrasporales dianggap sebagai anak bangsa dan Volvocales. Dalam hal ini, mereka berpendapat bahwa kedua bangsa tersebut hanya mempunyai perbedaan kecil saja.
Tempat hidup
Sebagian besar ± 90% merupakan algae air tawar terdapat pula di tanah atau di dinding tembok yang lembab, di atas batang pohon dan dapat pula sebagai epifil (pada permukaan daun).
Charophycaea
1. Tubuh merupakan talus yang tegak, beruas dan berbuku-buku dan bercabang. Cabang yang pertumbuhannya tak terbatas keluar dari buku-buku tersebut dan dari setiap buku keluar cabang yang pertumbuhannya terbatas, yaitu cabang lateral (filoid) yang letaknya melingkari buku tersebut. Tubuh ini sering diliputi oleh CaCO3.
2. Reproduksi.
1. secara seksual: dilakukan dengan oogami. Alat kelamin betina dikelilingi benang-benang steril yang letaknya melingkar hingga membentuk spiral. Alat kelamin jantan, terdiri dari satu sel, masing-masing anteridium disatukan dalam filamen yang uniseriate dan dibungkus oleh selubung yang terdiri dari 8 sel.
2. secara vegetatif: dengan membentuk bintang-bintang amilum dan bulbus.
Dengan melihat struktur alat kelamin dan adanya stadium protenema dalam perkembangan zigot, struktur vegetatif dari tubuhnya, maka beberapa ahli mengatakan bahwa kedudukan Chara berada antara Thallophyta dan Bryophyta. Jenis-jenis yang masih hidup adalah Chara spp dan Nitella spp kesemuanya hidup di air tawar.
II. Divisi Phaeophyta
Hanya terdiri dari satu kelas : Phaeophyceae
Ciri-ciri
1. Tubuh selalu berupa talus yang multiseluler yang berbentuk filamen, lembaran atau menyerupai semak/pohon yang dapat mencapai beberapa puluh meter, terutama jenis-jenis yang hidup di lautan daerah beriklim dingin.
2. Set vegetatif mengandung khloroplast berbentuk bulat, bulat panjang, seperti pita; mengandung khlorofil a dan khlorofil c serta beberapa santofil misalnya fukosantin. Cadangan makanan berupa laminarin dan manitol. Dinding sel mengandung selulose dan asam alginat.
Reproduksi
Sel reproduksi yang motil baik zoospora ataupun zoogamet berflagela 2 buah, tidak sama panjang dan terletak dibagian lateral dari sel, bertipe whiplash dan tinsel. Reproduksi aseksual dilakukan dengan pembentukan zoospora atau aplanospora. Reproduksi seksual dilakukan secara isogami, anisogami atau oogami.
Daur hidup
Jenis-jenis dari bangsa-bangsa dalam Phaeophyceae mempunyai daur hidup dengan pergantian keturunan, kecuali jenis-jenis dari bangsa Fucales. Ada tiga tipe pergantian keturunan, yaitu: isomorfik (Dictyola sp.), heteromorfik (Laminaria sp). Dan diplontik (Sargassum sp.)
Tempat hidup
Sebagian besar hidup di laut hanya ada beberapa jenis saja yang hidup di air tawar.
III. Divisi Rhodophyta
Hanya mempunyai satu kelas, yaitu Rhodophyceae.
Ciri-ciri
1. Sel mempunyai dinding yang terdiri dari selulose dan agar atau karagen.
Rhodophyceae tidak pernah menghasilkan sel-sel berflagela.
2. Pigmen
Khlorofil: terdiri dari khlorofil a dan d.
Fikobilin: fikoeritrin dan fikosianin yang sering disebut pigmen aksesoris.
- karoten
Pigmen-pigmen tersebut terdapat dalam kloroplas
3. Cadangan makanan berupa tepung flaridea dan terdapat diluar khloroplas.
4. Talus
Hampir semuanya multiseluler, hanya 2 marga saja yang uniseluler. Talus yang multiseluler berbentuk filamen silinder ataupun helaian. Pada dasarnya talus yang multiseluler, terutama yang tinggi tingkatannya terdiri dari filamen-filamen yang bercabang-cabang dan letaknya sedemikian rupa hingga membentuk talus yang pseudoparenkhimatik. Talus umumnya melekat pada substrat dengan perantaraan alat pelekat. Pada Rhodophyta yang tinggi tingkatannya ada 2 tipe talus: monoaksial dan multiaksial.
Reproduksi
Reproduksi secara vegetatif dilakukan dengan fragmentasi. Rhodopyceae membentuk bermacam-macam spora, karpospora (spora seksual), sporta, netral, monospora. Tetraspora, bispora, dan polispora.
Pergantian keturunan
Pada yang tinggi tingkatannya terdiri dari 2 tipe, yaitu bifasik dan trifasik.
1. Bifasik: inti zigot langsung mengadakan meiosis; hingga menghasilkan karposporafit haploid yang tumbuh pada gametofitnya atau inti zigot membelah mitosis hingga membentuk karposporangium yang intinya diploid inti karposporangium mengadakan meiosis dan membentuk karpospora yang haploid. Karposporofit berada pada gametofit.
2. Trifasik: inti zigot hanya membelah mitosis, membentuk karposporangium dengan karpospora yang diploid. Karposporofit terdapat pada gametofit, karpospora yang diploid tumbuh menjadi tetrasporofit yang diploid dan hidup bebas, tetrasporangium yang terbentuk intinya membelah meiosis dan menghasilkan 4 spora yang haploid (tertraspora). Tetraspora tumbuh menjadi gametofit. Gametofit dan tetrasporofit umumnya isomorfik.